Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

HIGH DEFINITION



HIGH DEFINITION
High definiton itu merupakan cara baru untuk menonton film , yang mempunyai resolusi lebih besar.
High definiton sering di singkat dengan HD. Konsep-konsep umum video definisi tinggi sebagai lawan untuk aplikasi khusus dalam siaran televisi (HDTV) , format perekaman video (HDCAM , HDCAM-SR , DVCPRO HD , D5 HD , AVC-Intra , XDCAM , HDV , DAN AVCHD) , pengiriman cakram optik sistem blue ray disc , dan pita format video D-VHS.
Keunggulan video High Definition itu :
1.      Punya resolusi 1.080 atau 720 baris sedangkan televisi biasa hanya 480 baris.
2.      Mempunyai 2 sistem pemindaian : progressif (p) dan interlaced (i)
3.      Jumlah frameatau bidang per detik (Hz)
Penggunaan dari HD
1.      HD TV
Format televisi nya punya resolusi lebih tinggi dari pada televisi lainnya. HD TV dapat di rekam ke D-VHS , W-VHS , ke perekam video HDTV digital.
2.      Hd Video
Tahun ini pembeli kamera digital dimanjakan oleh produsen kamera yang sudah memiliki kemampuan merekam video dengan resolusi yang tinggi (HD).
Tahun-tahun yang lalu video Hd masih merupakan fitur mewah pada kamera mahal saja.
Seiring meningkatnya evolusi kamera digital , bahkan pada DSLR serta semakin baiknya teknologi processor di dalam kamera maka video resolusi tinggi semakin mudah di wujudkan di kamera digital.
Format HD ada 2 :
1.      HD 720 (1280 x 720 piksel)
2.      HD 1080 (1920 x 1080 piksel)
Kedua format HD ini memenuhi standart kualitas video untuk broadcast bila dilihat dari resolusinya. Dalam industri cakram video , video HD dijadikan standart pada keping bli-ray yang berkapasitas 25 Gbper kepingnya.Ketajaman nya jauh di atas format SD (Standart Definition) dengan resolusi VGA , apalagi QVGA.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas " aplikasi 2 gambar"



Download asli photoshop klik Disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas "efek 2 warna"

Download asli Photoshop klik Disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas "poster kesehatan"



Pengen download ? Klik Disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Alergi


ALERGI


Orang-orang yang alergi mendapat kesulitan
dalam mempertahankan homeostasis. Akibatnya terjadi jawaban/
reaksi yang berlebihan terhadap perubahan-perubahan.
Badan berusaha menghalau alergen dengan jalan bersin-bersin
(melalui hidung)..., epifora (melalui mata), kemerahan dan pembengkakan
(lewat kulit), dan mendorongnya juga melalui
usus dan paru-paru. Hal ini terjadi akibat terlepasnya histamin,
asetilkolin dan 5-hidroksi triptamin, yang punya efek vasodilatasi,
menaikkan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos,
dan lain-lain jawaban yang berlebihan terhadap stres-stres fisik
maupun psikik.
Adanya hubungan antara reaksi alergi dan hormon kelamin
wanita terlihat pada fluktuasi dari reaksi alergi dengan
menarche, siklus menstruasi, kehamilan dan menopause. Beberapa
ahli menganggap adanya hubungan antara alergi dengan
thymus, yang membesar pada beberapa penderita asma dan
penderita-penderita yang mati mendadak akibat efek obatobat
tertentu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bakteri Eschericia coli


Eschericia coli

Bakteri merupakan makhluk hidup yang terdapat dimana-mana (udara, di tanah, dalam tubuh, dll). Bakteri berasal dari kata “Bakterion” (Yunani = batang kecil). Berdasarkan Klasifikasi, bakteri digolongkan... dalam Divisio Schizomycetes.

Escherichia coli (E. coli ) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, ditemukan oleh Theodor Escherich ( tahun 1885 ). Hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan lainnya.

Bakteri ini banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.

Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak berspora.

Bakteri E.coli merupakan organisme penghuni utama di usus besar, hidupnya komensal dalam kolon manusia dan diduga berperan dalam pembentukan vitamin K yang berperan penting untuk pembekuan darah.

Dari berbagai penelitian menunjukkan, beberapa galur atau strain dari bakteri E. coli juga dapat menyebabkan wabah diare atau muntaber, terutama pada anak-anak. Bakteri penyebab penyakit yang cukup berbahaya ini diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat-sifat virulensinya.

Setiap kelompok dapat menyebabkan penyakit diare melalui mekanisme yang berbeda-beda. Kelompok E. coli tersebut di antaranya adalah sebagai berikut ( sebagian besar tulisan merupakan kutipan dari buku manual pemberantasan penyakit menular);

Pertama, E. coli enteropatogen (EPEC), merupakan penyebab diare terpenting pada bayi, terutama di negara berkembang. Mekanismenya adalah dengan cara melekatkan dirinya pada sel mukosa usus kecil dan membentuk filamentous actin pedestal sehingga menyebabkan diare cair (“Watery diarrheae”) yang bisa sembuh dengan sendirinya atau berlanjut menjadi kronis.

Penyebab Penyakit ; Serogroup EPEC O utama yaitu O55, O86, O111, O119, O125, O126, O127, O128ab dan O142. Distribusi Penyakit ; Sejak akhir tahun 1960-an, EPEC tidak lagi sebagai penyebab utama diare pada bayi di Amerika Utara dan Eropa.

Namun EPEC masih sebagai penyebab utama diare pada bayi di beberapa Negara sedang berkembang seperti Amerika Selatan, Afrika bagian Selatan dan Asia. Reservoir : - Manusia . Cara Penularan ; Dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi.

Di tempat perawatan bayi, penularan dapat terjadi melalui ala-alat dan tangan yang terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar diabaikan. Masa Inkubasi ; Berlangsung antara 9 – 12 jam pada penelitian yang dilakukan di kalangan dewasa. Tidak diketahui apakah lamanya masa inkubasi juga sama pada bayi yang tertular secara alamiah.

Masa Penularan ; Tergantung lamanya ekskresi EPEC melalui tinja dan dapat berlangsung lama. Kerentanan dan Kekebalan ; Walaupun fakta menunjukkan bahwa mereka yang rentan terhadap infeksi adalah bayi namun tidak diketahui apakah hal ini disebabkan oleh faktor kekebalan ataukah ada hubungannya dengan faktor umur atau faktor lain yang tidak spesifik.

Oleh karena itu diare ini dapat ditimbulkan melalui percobaan pada sukarelawan dewasa maka kekebalan spesifik menjadi penting dalam menentukan tingkat kerentanan. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang menyusui (mendapat ASI). Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotika.

Kedua, E. coli enterotoksigenik (ETEC), juga merupakan penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak tahan panas di bawah kontrol genetis plasmid.

Pada umumnya, eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel usus untuk menyekresi banyak cairan sehingga terjadi diare. Identifikasi ; Penyebab utama “Travelers diarrhea” orang-orang dari negara maju yang berkunjung ke negara berkembang.

Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang. Strain enterotoksigenik dapat mirip dengan Vibrio cholerae dalam hal menyebabkan diare akut yang berat (profuse watery diarrhea) tanpa darah atau lendir (mucus).

Gejala lain berupa kejang perut, muntah, asidosis, lemah dan dehidrasi dapat terjadi, demam ringan dapat/tidak terjadi; gejala biasanya berakhir lebih dari 5 hari. ETEC dapat diidentifikasi dengan membuktikan adanya produksi enterotoksin dengan teknik immunoassays, bioasay atau dengan teknik pemeriksaan probe DNA yang mengidentifikasikan gen LT dan ST (untuk toksin tidak tahan panas dan toksin tahan panas) dalam blot koloni. Penyebab Penyakit ; ETEC yang membuat enterotoksin tidak tahan panas (a heat labile enterotoxin = LT) atau toksin tahan panas ( a heat stable toxin = ST) atau memproduksi kedua toksin tersebut (LT/ST).

Penyebab lain adalah kelompok serogroup O yaitu: O6, O8, O15, O20, O25, O27, O63, O78, O80, O114, O115, O128ac, O148, O153, O159 dan O167. Distribusi Penyakit ; Penyakit yang muncul terutama di negara yang sedang berkembang. Dalam 3 tahun pertama dari kehidupan, hampir semua anak-anak di negara-negara berkembang mengalami berbagai macam infeksi ETEC yang menimbulkan kekebalan;

oleh karena itu penyakit ini jarang menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Infeksi terjadi diantara para pelancong yang berasal dari negara-negara maju yang berkunjung ke negara-negara berkembang. Beberapa KLB ETEC baru-baru ini terjadi di Amerika Serikat. Reservoir ; Manusia. Infeksi ETEC terutama oleh spesies khusus; manusia merupakan reservoir strain penyebab diare pada manusia.

Cara Penularan ; Melalui makanan yang tercemar dan jarang, air minum yang tercemar. Khususnya penularan melalui makanan tambahan yang tercemar merupakan cara penularan yang 165 paling penting terjadinya infeksi pada bayi. Penularan melalui kontak langsung tangan yang tercemar tinja jarang terjadi.

Masa Inkubasi ; Masa inkubasi terpendek adalah 10 – 12 jam yang diamati dari berbagai KLB dan dari studi yang dilakukan dikalangan sukarelawan dengan strain LT dan ST tertentu. Sedangkan masa inkubasi dari ETEC yang memproduksi sekaligus toksin ST dan LT adalah 24-72 jam. Masa Penularan ;

Selama ada ETEC patogen bisa berlangsung lama. Kerentanan dan Kekebalan ; Dari hasil berbagai studi epidemiologis dan berbagai studi yang dilakukan pada sukarelawan secara jelas menunjukkan imunitas serotipik spesifik terbentuk setelah infeksi ETEC.

Infeksi ganda dengan serotipe yang berbeda dibutuhkan untuk menimbulkan imunitas yang broad-spectrum terhadap ETEC. Cara Pencegahan: 1) Untuk tindakan pencegahan penularan fecal oral. 2)

Bagi pelancong dewasa yang bepergian dalam waktu singkat ke daerah risiko tinggi dimana tidak mungkin mendapat makanan dan minuman yang bersih dan sehat, dapat dipertimbangkan pemberian antibiotikka profilaksis; norfloxacin 400 mg sehari memberikan hasil yang efektif. Bagaimanapun, pendekatan yang paling baik adalah dengan terapi dini, dimulai pada saat terjadi diare yaitu sesudah diare hari kedua dan ketiga.

Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar ; 1) Laporkan kejadian diare ke pejabat kesehatan setempat: Laporan jika terjadi wabah wajib dibuat; kasus individual tidak dilaporkan, Kelas 4 (lihat pelaporan tentang penyakit menular). 2) Isolasi: kewaspadaan enterik dilakukan jika ada kasus-kasus yang jelas dan yang dicurigai.

3) Desinfeksi serentak: Dilakukan terhadap tinja dan benda-benda yang tercemar. Di masyarakat dengan sistem pembuangan kotoran yang modern dan memadai, tinja dapat dibuang langsung kedalam saluran tanpa didesinfeksi awal. Lakukan pembersihan terminal yang seksama. 4) Karantina: Tidak ada.

5) Imunisasi terhadap kontak: Tidak ada. 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak perlu. 7) Pengobatan khusus: Pemberian cairan elektrolit untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan tindakan yang terpenting. Kebanyakan kasus tidak membutuhkan terapi apapun.

Bagi traveler’s diarrhea dewasa yang berat, lakukan pengobatan dini dengan Ioperamide (Imodium®) (tidak untuk anak-anak) dan antibiotik seperti Fluoroquinolone (Ciprofloksasin PO 500 mg dua kali sehari) atau norfloksasin (PO 400 mg sehari) selama 5 hari. Fluoroquinolon digunakan sebagai terapi awal karena kebanyakan strain ETEC di dunia sudah resisten terhadap berbagai antimikroba lainnya.

Namun demikian, jika strain lokal diketahui masih ada yang sensitif. Pemberian TMP-SMX (PO) (160 mg – 180 mg) dua kali sehari atau doksisiklin (PO 100 mg) sekali sehari, selama 5 hari ternyata masih bermanfaat. Pemberian makanan diteruskan sesuai dengan selera pasien.

Penanggulangan Wabah: Investigasi epidemiologis perlu dilakukan untuk mengetahui cara-cara terjadinya penularan. Implikasi terjadinya bencana: Tidak ada. Penanganan Internasional: Manfaatkan Pusat Kerjasama WHO.

Ketiga, E. coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin (VTEC). Di Negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan sejumlah kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat akut dan bisa sembuh spontan, penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri abdomen, diare disertai darah, gejala seperti ini merupakan komplikasi dari diare ringan. Identifikasi ;

Kategori E. coli penyebab diare ini dikenal pada tahun 1982 ketika terjadi suatu KLB colitis hemoragika di Amerika Serikat yang disebabkan oleh serotipe yang tidak lazim, E. coli O157:H7 yang sebelumnya tidak terbukti sebagai patogen enterik. Diare dapat bervariasi mulai dari yang ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam tinja tetapi tidak mengandung lekosit.

Yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik (HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira-kira 2-7% dari diare karena EHEC berkembang lanjut menjadi HUS. EHEC mengeluarkan sitotoksin kuat yang disebut toksin Shiga 1 dan 2. Toksin Shiga 1 identik dengan toksin Shiga yang dikeluarkan oleh Shigella dysentriae 1;

khususnya, HUS juga dikenal suatu komplikasi berat dari penyakit S. dysentriae 1. Sebelumnya toksin-toksin ini disebut verotoksin 1 dan 2 atau toksin I dan II mirip-Shiga. Keluarnya toksin-toksin ini tergantung pada adanya “phages” tertentu yang dibawa oleh bakteri. Disamping itu strain EHEC mengandung plasmid yang ganas yang membantu menempelnya bakteri pada mukosa usus.

Kebanyakan strain EHEC mempunyai pulau pathogen di dalam kromosomnya yang mengandung bermacam gen virulen dengan kode-kode protein tertentu penyebab terjadinya penempelan dan penyembuhan luka pada mukosa usus.

Di Amerika Utara strain dari serotipe EHEC yang paling umum adalah 0157:H7, dapat diidentifikasi dari kultur tinja, terlihat dari ketidakmampuannya meragikan sarbitol dari media seperti MacConkey-sorbitol (media ini digunakan untuk skrining E. coli 0157:H7). Sejak diketahui bahwa pada strain EHEC yang bisa meragikan sarbitol, maka teknik lain untuk mendeteksi EHEC perlu dikembangkan.

Teknik yang perlu dikembangkan ini termasuk kemampuan mendeteksi adanya toksin Shiga. Kemampuan melakukan identifikasi karakteristik serotipe atau penggunaan probes DNA untuk identifikasi gen toksin punya kemampuan mendeteksi adanya plasmid virulens EHEC atau sekuensi spesifik dalam pulau patogenik.

Tidak adanya demam pada kebanyakan pasien dapat membantu membedakan penyakit ini dari shigellosis dan disentri yang disebabkan oleh strain enteroinvasive E. coli atau oleh Campylobacter. Penyebab Penyakit ; Serotipe EHEC utama yang ditemukan di Amerika Utara adalah E. coli 0157:H7; serotipe lainnya seperti 026:H11; 0111:H8; 0103:H2; 0113:H21; dan 0104:H21 juga ditemukan.

Distribusi Penyakit ; Penyakit ini sekarang ini dianggap masalah kesehatan masyarakat di Amerika Utara, Eropa, Afrika Selatan, Jepang, ujung selatan Amerika Selatan dan Australia. Sedangkan di bagian lain belahan bumi, penyakit ini belum menjadi masalah. KLB hebat, KLB dengan colitis hemoragika, HUS disertai dengan kematian terjadi di Amerika karena hamburger yang tidak dimasak dengan baik, susu yang tidak dipasteurisasi, cuka apel (dibuat dari apel yang kemungkinan tercemar kotoran sapi) dan karena mengkonsumsi tauge alfafa. Reservoir ;

Ternak merupakan reservoir EHEC terpenting; manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Terjadi peningkatan kejadian di Amerika Utara dimana rusa dapat juga menjadi reservoir.

Cara Penularan ; Penularan terjadi terutama karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi seperti: tercemar dengan Salmonella, hal ini paling sering terjadi karena daging sapi yang tidak dimasak dengan baik (terutama daging sapi giling) dan juga susu mentah dan buah atau sayuran yang terkontaminasi dengan kotoran binatang pemamah biak.

Seperti halnya Shigella, penularan juga terjadi secara langsung dari orang ke orang, dalam keluarga, pusat penitipan anak dan asrama yatim piatu. Penularan juga dapat melalui air, misalnya pernah dilaporkan adanya KLB sehabis berenang di sebuah danau yang ramai dikunjungi orang dan KLB lainnya disebabkan oleh karena minum air PAM yang terkontaminasi dan tidak dilakukan klorinasi dengan semestinya.

Masa Inkubasi ; Relatif panjang berkisar antara 2 sampai 8 hari, dengan median antara 3-4 hari. Masa Penularan ; Lamanya ekskresi patogen kira-kira selama seminggu atau kurang pada orang dewasa dan 3 minggu pada kira-kira sepertiga dari anak-anak. Jarang ditemukan “carrier” yang berlarut-larut.

Kerentanan dan Kekebalan ; Dosis infeksius sangat rendah. Hanya sedikit yang diketahui tentang spektrum dari kerentanan dan kekebalan. Umur tua mempunyai risiko lebih tinggi, hipoklorhidria diduga menjadi faktor yang terkontribusi pada tingkat kerentanan. Anak usia di bawah 5 tahun berisiko paling tinggi untuk mendapat HUS.

Cara Pencegahan ; Mengingat bahwa penyakit ini sangat potensial menimbulkan KLB dengan kasus-kasus berat maka kewaspadaan ini dari petugas kesehatan setempat untuk mengenal sumber penularan dan melakukan pencegahan spesifik yang memadai sangat diperlukan.

Begitu ada penderita yang dicurigai segera lakukan tindakan untuk mencegah penularan dari orang ke orang dengan cara meminta semua anggota keluarga dari penderita untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air terutama buang air besar, sehabis menangani popok kotor dan sampah, dan melakukan pencegahan kontaminasi makanan dan minuman.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi Distribusi Penyakit sebagai berikut: 1) Mengelola kegiatan rumah pemotongan hewan dengan benar untuk mengurangi kontaminasi daging oleh kotoran binatang. 2) Pasteurisasi susu dan produk susu. 3) Radiasi daging sapi terutama daging sapi giling.

4) Masaklah daging sapi sampai matang dengan suhu yang cukup terutama daging sapi giling. The USA Food Safety Inspection Service dan the 1997 FDA Food Code merekomendasikan memasak daging sapi giling pada suhu internal 155ºF (68ºC) paling sedikit selama 15-16 detik. Hanya dengan melihat warna merah muda daging yang menghilang, tidak dapat dibandingkan dengan kecepatan pengukuran suhu menggunakan termometer daging.

5) Lindungi dan lakukan pemurnian dan klorinasi air PAM; lakukan klorinasi kolam renang. 6) Pastikan bahwa kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan pada pusat penampungan anak, terutama sering mencuci tangan dengan sabun dan air sudah menjadi budaya sehari-hari.

Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar ; 1) Laporan kepada pejabat kesehatan setempat: Laporan kasus infeksi E. coli 0157:H7 merupakan keharusan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat dan di banyak negara, Kelas 2B. Mengenal KLB secara dini dan segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat sangatlah penting.

2) Isolasi: Selama penyakit dalam keadaan akut, tindakan pencegahan dengan kewaspadaan enterik. Walaupun dengan dosis infektif yang amat kecil, pasien yang terinfeksi dilarang menjamah makanan atau menjaga anak atau merawat pasien sampai hasil sampel tinja atau suap dubur negatif selama 2 kali berturut-turut (diambil 24 jam secara terpisah dan tidak lebih cepat dari 48 jam setelah pemberian dosis antibiotik yang terakhir).

3) Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang terkontaminasi. Masyarakat yang mempunyai sistem pembuangan kotoran modern dan memadai, tinja dapat dibuang langsung kedalam saluran pembuangan tanpa dilakukan desinfeksi. Pembersihan terminal.

4) Karantina: tidak ada. 5) Penatalaksanaan kontak: Jika memungkinkan mereka yang kontak dengan diare dilarang menjamah makanan dan merawat anak atau pasien sampai diare berhenti dan hasil kultur tinja 2 kali berturut-turut negatif. Mereka diberitahu agar mencuci tangan dengan sabun dan air sehabis buang air besar dan sebelum menjamah makanan atau memegang anak dan merawat pasien.

6) Penyelidikan kontak dan sumber infeksi: kultur kontak hanya terbatas dilakukan pada penjamah makana, pengunjung dan anak-anak pada pusat perawatan anak dan situasi lain dimana penyebaran infeksi mungkin terjadi. Pada kasus sporadic, melakukan kultur makanan yang dicurigai tidak dianjurkan karena kurang bermanfaat.

7) Pengobatan spesifik: Penggantian cairan dan elektrolit penting jika diare cair atau adanya tanda dehidrasi. Peranan pengobatan antibiotika terhadap infeksi E. coli 0157:H7 dan EHEC lainnya tidak jelas. Bahkan beberapa kejadian menunjukkan bahwa pengobatan dengan TMP-SMX fluorquinolones dan antimikrobial tertentu lainnya dapat sebagai pencetus komplikasi seperti HUS. .

Penanggulangan Wabah ; 1) Laporkan segera kepada pejabat kesehatan setempat jika ditemukan adanya kelompok kasus diare berdarah akut, walaupun agen penyebab belum diketahui.

2) Cari secara intensif media (makanan atau air) yang menjadi sumber infeksi, selidiki kemungkinan terjadinya penyebaran dari orang ke orang dan gunakan hasil penyelidikan epidemiologis ini sebagai pedoman melakukan penanggulangan yang tepat.

3) Singkirkan makanan yang dicurigai dan telusuri darimana asal makanan tersebut; pada KLB keracunan makanan yang common-cource; ingatan terhadap makanan yang dikonsumsi dapat mencegah banyak kasus

4) Jika dicurigai telah terjadi KLB dengan penularan melalui air (waterborne), keluarkan perintah untuk memasak air dan melakukan klorinasi sumber air yang dicurigai dibawah pengawasan yang berwenang dan jika ini tidak dilakukan maka sebaiknya air tidak digunakan.

5) Jika kolam renang dicurigai sebagai sumber KLB, tutuplah kolam renang tersebut dan pantai sampai kolam renang diberi klorinasi atau sampai terbukti bebas kontaminasi tinja. Sediakan fasilitas toilet yang memadai untuk mencegah kontaminasi air lebih lanjut oleh orang-orang yang mandi.

6) Jika suatu KLB dicurigai berhubungan dengan susu, pasteurisasi dan masak dahulu susu tersebut sebelum diminum. 7) Pemberian antibiotik untuk pencegahan tidak dianjurkan. 8) Masyarakatkan pentingnya mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar; sediakan sabun dan kertas tissue.

Implikasi menjadi bencana: Potensial terjadi bencana jika kebesihan perorangan dan sanitasi lingkungan tidak memadai. Penanganan Internasional: Manfaatkan Pusat kerja sama WHO.
Keempat, E. coli entroinvasif (EIEC), menyebabkan penyakit yang mirip dengan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Shigella.

Penyakit ini paling banyak terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Bakteri seperti ini menimbulkan penyakit diakibatkan kemampuannya dalam menginvasi sel epitel mukosa usus. Penyakit yang menimbulkan peradangan mukosa dan submukosa usus disebabkan oleh strain EIEC dari E. coli yang mirip sekali dengan Shigella.

Organisme ini mempunyai kemampuan plasmid dependent yang sama untuk menginvasi dan memperbanyak diri didalam sel epitel. Namun demikian secara klinis sindrom watery diarrhea yang disebabkan oleh EIEC lebih sering terjadi daripada disentri. Antara antigen O dari EIEC dapat terjadi reaksi silang dengan antigen O Shigella.

Gejala penyakit dimulai dengan kejang perut yang berat, rasa tidak enak badan, tinja cair, tenesmus dan demam, kurang dari 10% dari penderita berkembang dengan gejala sering buang air besar dengan tinja yang cair dalam jumlah sedikit dan mengandung darah dan lendir.

EIEC dicurigai jika ditemukan lekosit pada sediaan usap lendir tinja yang dicat, gambaran ini juga ditemukan pada shigellosis. Pemeriksaan laboratorium rujukan antara lain immunoassay yang dapat mendeteksi plasmid encoded protein spesific membrane bagian luar yang dikaitkan dengan invasivitas sel epitel;

suatu bioassay (tes keratoconjunctivitis pada marmot untuk mendeteksi invasivitas sel epitel; sedangkan DNA probe untuk mendeteksi enteroinvasivitas plasmid). Penyebab Penyakit ; Penyebab penyakit adalah strain E. coli yang memiliki kemampuan enteroinvasif yang tergantung pada virulensi antigen plasmid dari invasi encoding plasmid. Serogroup O utama dimana EIEC termasuk didalamnya antara lain:

O28ac, O29, O112, O124, O136, O143, O144, O152, O164 dan O167. Distribusi Penyakit ; Infeksi EIEC endemis di negara berkembang dan kira-kira 1%-5% penderita diare mencari pengobatan dengan mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan.

KLB diare yang disebabkan oleh EIEC dilaporkan juga terjadi di negara-negara maju. Reservoir: - Manusia. Cara Penularan ; Dari kejadian yang ada menunjukkan bahwa EIEC ditularkan melalui makanan yang tercemar. Masa Inkubasi ; Masa inkubasi berkisar antara 10 – 18 jam.

Angka ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan dikalangan sukarelawan dan dari pengamatan berbagai KLB yang pernah terjadi. Masa Penularan ; Selama strain EIEC masih ditemukan dalam tinja. Kerentanan dan Kekebalan ;

Sedikit sekali yang diketahui tentang kerentanan dan kekebalan terhadap EIEC. Cara-cara Pemberantasan ; Sama seperti ETEC yang diuraikan di atas. Untuk kasus-kasus diare berat yang jarang terjadi yang disebabkan oleh strain enteroinvasif seperti pada shigellosis, pengobatan dengan menggunakan antimikroba cukup efektif terhadap isolasi Shigella lokal.

Kelima, E. coli enteroagregatif (EAEC), menyebabkan diare akut dan kronik pada orang-orang di negara berkembang. Penyakit ini ditandai dengan pola perlekatan khas pada sel usus manusia. Namun, masih perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang adanya faktor-faktor virulensi galur EAEC ini.

Identifikasi ; E. coli yang menyebabkan diare pada bayi ditemukan pada studi yang dilakukan di Chili pada akhir tahun 1980-an. Kemudian ditemukan di India yang dihubungkan dengan terjadinya diare persisten (diare yang berlanjut dan tidak mereda hingga 14 hari). Begitu pula telah ditemukan di Brasil, Meksiko dan Bangladesh. Penyebab Infeksi ;

Penyebab infeksi adalah EaggEC yang mengandung plasmid virulens yang dibutuhkan untuk pembentukan fimbriae yang membawa kode-kode yang mampu melakukan pelekatan yang bersifat agregatif dan banyak strain yang mampu membuat cytotoxin/enterotoxin. EaggEC serotipe O yang paling umum ditemukan adalah:

O3:H2 dan O44:H18. Banyak strain EaggEC mula-mula muncul sebagai strain-strain kasar yang tidak mengandung antigen-antigen O. Distribusi Penyakit ; Laporan-laporan yang mengaitkan EaggEC sebagai penyebab diare pada bayi terutama diare persisten datang dari banyak negara di Amerika Latin, Asia dan Republik Demokrasi Kongo (dulu disebut Zaire) di Afrika.

Laporan-laporan yang datang dari Jerman dan Inggris menunjukkan bahwa EaggEC mungkin juga sebagai penyebab diare di negara-negara maju.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.

Bakteri Escherechia coli merupakan mikroorganisme normal yang terdapat dalam kotoran manusia, baik sehat maupun sakit. Dalam satu gram kotoran manusia terdapat sekitar seratus juta bakteri E. coli.

Dari sekilas gambaran umum bakteri E.coli diharapkan makin waspadanya kita akan pola penyerangan bakteri ini dan apa saja akibat yang ditimbulkannya. Dan diharapkan bersama sama kita perlu memberikan informasi yang secara benar kepada masyarakat sehingga tidak menimbulkan kepanikan akan bahaya dari Bakteri E.coli.

Oleh : Drh. Andrijanto Hauferson Angi, M.Si
Dosen Politani Kupang
Lihat Selengkapnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TITRASI SECARA IODIMETRI


IODIMETRI

A.   Pengertian
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II) .
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodida . Iodimetri adalah titrasi redoks dengan Isebagai penitar.
Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat – zat yang potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium – iodida, sehingga zat tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri, dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu (2);
a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku Iodium.    Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.
b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada penetapan kadar Natrium Bisulfit.
Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya mereduksinya adalah maksimum.
Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. Oksidasi potensial sistem yodium yodida ini dapat dituliskan sebagai reaksi berikut ini :
I2 + 2 e- 2 I- Eo = + 0,535 vol


B.     Iodimetri dengan I2 sebagai Titran
Metode titrasi iodimetri adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi ini diebut juga dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I2 berfungsi sebagai pereaksi. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya  (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini , analat dioksidasikan oleh I2 , sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 →       A ( Teroksidasi ) + 2 I -
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .
      I2 + 2 e - →   2 I-
Larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 murni selanjutnya distandarisasi dengan Na-tiosulfat. I2 merupakan oksidator yang bersifat moderat, maka jumlah zat yang dapat ditentukan secara iodimetri sangat terbatas, beberapa contoh zat yang sering ditentukan secara iodimetri adalah H2S, ion sulfite, Sn2+, As3+ atau N2H4. Akan tetapi karena sifatnya yang moderat ini maka titrasi dengan I2 bersifat lebih selektif dibandingkan dengan titrasi yang menggunakan titrant oksidator kuat.

Pada umumnya larutan I2 distandarisasi dengan menggunakan standar primer As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan dengan penambahan asam. Disebabkan kelarutan iodine dalam air nilainya kecil maka larutan I2 dibuat dengan melarutkan I2 dalam larutan KI, dengan demikian dalam keadaan sebenarnya yang dipakai untuk titrasi adalah larutan I3-.
Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

C.    Indikator dalam Iodimetri
Pada titrasi iodimetri ini dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

I2 + 2OH-  <-> IO3-  +  I-  + H2O

Sedangkan pada keadaan asam kuat maka biasanya indikator yang digunakan adalah kanji/amilum. Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam  daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan Mr= 50.000 – 1.000.000. Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi. Namun, pada percobaan iodimetri kali ini kita menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Kanji bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru kuat, yang akan terlihat pada konsentrasikonsentrasi iod yang sangat rendah. Kepekaan reaksi warna ini adalah sedemikian rupa sehingga warna biru akan terlihat bila konsentrasi iod adalah 2 x 10-5 M dan konsentrasi iodida lebih besar daripada 4 x 10-4 M pada 20oC. Kepekaan warna berkurang dengan naiknya temperatur larutan. Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis pada kanji itu sendiri. Keunggulan pada pemakaian kanji ini yaitu bahwa harganya murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu sebagai berikut : (i) bersifat tidak dapat larut dalam air dingin; (ii) ketidak stabilan suspensinya dalam air; (iii) dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi (karena itu, dalam titrasiiod larutan kanji hendaknya tak ditambahkan sampai tepat sebelu m titik akhir, ketika warna mulai memudar). Iodida pada konsentrasi < 10-5 M dapat dengan mudah ditekan oleh amilum. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi amilum yang dipakai sebagai indikator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini melibatkan H+ dari asam.

4I- + O2 + 4H+  -> 2I2 + 2H2O

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Beberapa reaksi penentuan denga iodimetri ditulis dalam reaksi berikut:
H2S + I2 -> S + 2I- + 2H+

SO32- + I2 + H2O -> SO42- + 2I- + 2H+

Sn2+  + I2  -> Sn4+ + 2I-

H2AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+

D.    Penentuan Titik Akhir Titrasi Iodimetri

Seperti yang telah kita ketahui bahwa titik akhir titrasi (TAT) redoks dapat dilakukan dengan megukur potensial larutan dan dengan menggunakan indikator. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang bebas.  TAT dengan mengukur potensial memerlukan peralatan yang agak lebih banyak deperti penyediaan voltameter dan elektroda khusus, dan kemudian diikuti dengan pembuatan kurva titrasi redoks maka dengan alasan kemudahan dan efisiensi maka TAT dengan menggunakan indikator yang lebih banyak untuk diaplikasikan

E.     Peranan Iodimetri dalam bidang farmasi
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar obat – obatan.   Salah satu contohnya adalah untuk menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C, natrium askorbat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS